Meine Gedanken

Tuesday 25 March 2008

Kasih Sayang Orang Tua

Suatu ketika, Ida menjemput temannya di Bandara. Ia bernama Ilya. Ia memiliki seorang istri dan seorang anak. Mereka memiliki seorang putri yang sangat lucu dan masih berumur sekitar 1 tahun lebih beberapa bulan. Mereka baru saja berlibur dari sebuah negara yang terkenal memancarkan sinar matahari sepanjang tahun. Ida sendiri tidak sendirian, karena ia menjemput Ilya dengan seorang temannya bernama Wawan.

"Itu mereka Wan", kata Ilya sambil menunjuk ke Ilya dan rombongan keluarganya.

Mereka segera menghampiri Ilya yang tampak mendorong troli barang, yang di atasnya ada 2 koper yang cukup besar dan beberapa barang kecil lainnya. Ilya tampak senang karena ia telah kembali lagi ke negara ini. Anaknya tampak agak lelah, karena mereka baru saja melakukan perjalanan menggunakan pesawat selama kurang lebih 19 jam.

"Ayo lah, kita langsung berangkat. Mending kita pake taksi aja, kasihan anakku capek", kata Ilya kepada kita semua.

Dalam hati Ida berkata, " Buset, bayar berapa sini ke kota kita???apa gak mahal tuh???ampun dah...."

Jalanlah mereka ke pintu keluar dan segera menghampiri taksi yang agak besar agar kita semua beserta barang bisa masuk.

"Pak, kami mau ke kota A, kira-kira berapa ya kalo dari sini?" tanya Ilya kepada supir taksi.

"Yaaa...sekitar 120 euroan pak", jawab supir taksi dengan tampang sumringah karena akan ada yang manaiki taksinya.

Dalam hati Ida mencelos lagi, "tidaaaaakkk!!!mahal banget!!!kalo aku sih bisa makan 3 bulan uang segitu!!!".

Tapi tanpa pikir panjang Ilya meng-iya-i supir taksi itu. Ia yang sambil menggendong anaknya segera membuka pintu depan sebalah supir, Adi, Wawan dan istri Ilya duduk di belakang.

"Maaf pak, anaknya nggak boleh di depan, harus di belakang", kata supirnya dengan suara yang ramah.

Ilyapun segera melonggarkan pelukannya ke anaknya dan menyerahkan anaknya ke istrinya yang duduk di belakangnya. Tapi anak itu seperti tidak mau lepas dari ayahnya. Ia menangis di menit-menit awal perjalanan.

"Ida, ntar di peristirahatan depan kita tukeran tempet duduk ya!", kata Ilya kepada Ida.

"Beres Ya", balas Ilya.

Ida sesaat memperhatikan anak Ilya sambil ternsenyum. Mukanya menunjukkan bahwa dia adalah makhluk yang belum mengerti apa-apa dan menunjukkan bahwa dia adalah makhluk yang belum memiliki dosa apapun. Ia tampak sangat kelelahan. Terkadang air mata keluar dari sudut matanya. Sesaat Ida sadar...

"Ternyata 120 euro bukanlah nilai yang besar jika dibandingkan dengan kasih sayang orang tua kepada anaknya."

Saat duduk di depan dia hanya diam, di sisa perjalanan ia hanya berpikir, bahwa orang tua akan rela memberikan apa saja demi anak-anak mereka....

Memang kasih sayang seorang orang tua itu lebih putih dari salju paling putihpun...